Selasa, 24 November 2009

Membenahi Tanah

'Kini, jumlah bahan organik di tanah seluruh Indonesia rata-rata hanya tinggal 2%,' kata Dr Ir Achmad Rachman, kepala Balai Penelitian Tanah, Bogor. Jumlah itu sepertiga dibanding 20 tahun lalu, yang nilainya 6,8%. Dampaknya, hasil produksi tanaman yang dibudidayakan rendah. Produksi meningkat bila pekebun memupuk berkali-kali lipat. Namun, itu pun berdampak buruk: tanah rusak.
'Kini, jumlah bahan organik di tanah seluruh Indonesia rata-rata hanya tinggal 2%,' kata Dr Ir Achmad Rachman, kepala Balai Penelitian Tanah, Bogor. Jumlah itu sepertiga dibanding 20 tahun lalu, yang nilainya 6,8%. Dampaknya, hasil produksi tanaman yang dibudidayakan rendah. Produksi meningkat bila pekebun memupuk berkali-kali lipat. Namun, itu pun berdampak buruk: tanah rusak.
Menurut Dr Ir Suwardi, periset Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB, tanah yang produktivitasnya rendah dipastikan tanah sakit. Tanah sakit tidak bisa menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. 'Salah satu parameter sehat atau sakitnya tanah adalah kandungan bahan organik,' kata Suwardi. Tanah berbahan organik tinggi memperlihatkan struktur gembur, mudah menyerap air, dan kapasitas tukar kation (KTK) tinggi. KTK diukur dengan cara mengekstraksi tanah dengan larutan NH4OAc.
Kapasitas tukar kation menjadi ciri utama tingkat kesuburan tanah. Jika nilainya tinggi, kemampuan tanah untuk menyerap dan melarutkan unsur hara semakin tinggi. Misalnya, tanah dipupuk Urea. Urea di dalam tanah bakal membentuk ion amonium (NH4+). Jika ion tidak diikat oleh tanah maka terbuang percuma lewat air irigasi.
Dibenahi
Agar tanah tetap sehat, Suwardi menganjurkan setelah panen lakukan pembenahan. 'Tanah setelah ditanami, unsur haranya berkurang. Makanya jika tidak dibenahi kemampuannya untuk berproduksi menjadi rendah,' kata doktor alumnus Tokyo Agricultural University, Jepang itu. Pembenah tanah tak hanya berupa memperbaiki secara fisik saja, tapi juga kimia dan biologi.
Yang terakhir bisa dilakukan dengan meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi, menjaga keseimbangan pH tanah, mengikat logam berat yang bersifat racun bagi tanaman seperti Pb dan Cd. Mengikat kation dari unsur dalam pupuk misalnya NH4+ dari Urea K+ dari KCl, sehingga penyerapan pupuk menjadi efisien, dan meningkatkan KTK tanah.
Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 2 tahun 2006, nilai kapasitas tukar kation harus lebih besar daripada 80 C mol/kg dengan pH 4. Sedangkan kadar logam harus rendah misal astatin sebesar 10 ppm, air raksa (1 ppm), plumbum (50 ppm), dan cadmium (10 ppm).
Yang paling penting, bahan pembenah tersedia di dekat lahan, berharga murah, dan dampak negatifnya rendah. Di pasaran terdapat pembenah tanah yakni yang sifatnya sintesis dan alami. 'Lebih baik menggunakan yang alami saja karena cukup efektif dan efisien,' kata Suwardi.
Mudah
Zeolit, salah satu pembenah tanah alami yang sering digunakan pekebun. Batuan berwama abu-abu sampai kebiru-biruan itu memiliki karakter melepas air tinggi. Pada saat dipanaskan 5000C mengalami aktivasi, sehingga kemampuan mengikat kation lebih tinggi. Nilai KTK zeolit adalah 120 C mol/kg.
Selain itu, zeolit mengandung lebih dari 30 mineral alami, seperti natrolit, thomsonit, analit, hendalit, clinoptilotit, dan mordernit. Oleh karena itu dengan zeolit hara tanaman tercukupi. 'Makanya produktivitas tanaman lebih tinggi,' kata Achmad.
Di Aceh misalnya, pemakaian zeolit 10 ton/ha pada tanaman jagung menghasilkan 4,56 ton jagung pipilan per ha; dengan 5 ton zeolit menghasilkan 4,26 ton jagung pipil. Bandingkan dengan yang tidak menggunakan zeolit sama sekali, hasilnya hanya 3,45 ton/ ha. Dengan biaya Rp500.000/ ton zeolit, petani bisa meraih untung lebih banyak karena peningkatan produksivitas lahan.
Namun, Achmad mengingatkan, 'Jangan mengaplikasikannya di tanah yang masam'. Sebab, zeolit bakal melepaskan asam-asam organik sehingga menurunkan pH tanah. Tanah terlalu masam kesuburannya rendah. Sifat itu sama dengan kapur pertanian dolomit yang kaya kalsium dan abu terbang batubara yang kaya mineral boron dan fosfor.
'Untuk tanah yang asam, sebaiknya menggunakan gipsum,' kata Achmad. Pembenahan gipsum mampu meningkatkan kadar kalsium pada tanah miskin hara dan agregasi struktur, tapi tidak meningkatkan pH. Aplikasi 2-5 ton/ha gipsum di daerah tsunami menyelamatkan tanaman dari keracunan garam laut selama 1-3 musim dan menurunkan nilai daya hantar listrik menjadi 2 decisiemen (dS). Sebelumnya kadar NaCl tanahnya tinggi. Akibatnya, nilai daya hantar listriknya mencapai angka 30 dS, tanaman tak mungkin bisa tumbuh.
Murah
Pembenah tanah juga memperbaiki struktur tanah berpasir. Adanya pembenah meningkatkan konsistensi tanah sehingga erosi dan longsor dapat dihindari. Di tanah itu, pembenah tanah bitumen menjadi andalan. Bitumen adalah campuran hidrokarbon berbentuk cairan pekat, bahan organik biasanya diproses jadi aspal. Jadi fungsinya juga mirip aspal, yaitu sebagai pengikat, memperkuat tanah, dan memperbaiki lapisan jalan. Kemampuan itu disebabkan bitumen kaya karbon, hidrogen, sulfur, nitrogen, dan oksigen. Namun, harganya mahal dan ketersediaannya di pasaran sedikit.
'Yang paling mudah dan banyak tersedia sebagai pembenah tanah adalah kompos,' kata Suwardi. Kompos hasil fermentasi bahan organik berupa limbah pertanian. Melalui proses pengomposan diperoleh kandungan bahan organik tinggi yang memperbaiki sifat fisik tanah dan dalam jangka panjang dapat mengembalikan kesuburan dan produktivitas lahan. Hasil pengomposan lain, asam humat dan asam fulfat, pemacu pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, aplikasi kompos dapat menurunkan kebutuhan pupuk kimia.
Itu ditunjukkan oleh hasil penelitian Achmad di Aceh. Di sana, ia mencoba menanam padi tanpa bahan organik. Kebutuhan pupuk kimia seperti Urea mencapai 250 kg, SP-36 (50 kg), dan KCl (50 kg). Namun, jika dibenamkan 5 ton jerami/ha, kebutuhan Urea hanya 230 kg, SP-36 (50 kg), tanpa KCl. Sedangkan jika menggunakan 2 ton pupuk kandang butuh Urea 175 kg, KCl (30 kg), dan tanpa SP-36.
'Untuk mempermudah penyerapan kompos oleh tanaman, butuh bantuan mikroba,' kata Isroi, SSi,MSi, peneliti Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Idealnya, mikroba yang bersifat pelarut fosfat, penghalau penyakit, dan penambat nitrogen. Jadi beda mikroba, lain juga tugas dan manfaatnya.
Mikroorganisme diaplikasikan bersama kompos organik atau pembenah tanah seperti blotong. Itu dilakukan oleh Prof Wahono Hadi Susanto, dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Wahono mencampur blotong alias limbah tebu dengan Thiobacillus sp. Hasilnya, produksi tebu meningkat dari 80 ton/ha menjadi 200 ton/ha. Menurut direktur PT Wahana Cipta Karya itu, campuran blotong dan mikroba meningkatkan produksi karena mikroba Thiobacillus sp mengurai mineral sulfur asal limbah tebu dan mempermudah tebu menyerap hara. Jadi, dengan pembenah tanah produksi pun dibenahi. (Vina Fitriani/Peliput: A. Arie Raharjo dan Nesia Artdiyasa)

Kamis, 12 November 2009

Mengenal Penyakit Pada Tanaman Tomat

A. Bercak kering Alternaria (early blight, Alternaria blight) : Alternaria solani Sorauer.


Sebaran geografi :


Terdapat di Inggris, India, Australia, dan Amerika Serikat. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Sumatera dan Jawa.


Tanaman inang :


Tanaman yang termasuk Solanaceae antara lain kentang (Solanum tuberosum), terung (S. melongenas), ranti (S. nigrum), kecubung (Datura stramonium).


Gejala serangan :


Gejala dapat terjadi pada daun, batang, dan buah. Pada daun terdapat bercak-bercak kecil bulat dan bersudut, berwarna coklat tua sampai hitam. Di sekitar bercak nekrotik terdapat halo sempit. Pada serangan berat banyak terdapat bercak, daun akan layu dan gugur sebelum waktunya (Gambar …).Gejala pada batang ditandai dengan bercak gelap yang mempunyai lingkaran-lingkaran terpusat.Gejala pada buah umumnya melalui batang atau calyx, terjadi bercak dengan lingkaran-lingkaran terpusat. Buah yang terinfeksi akan gugur sebelum masak (Gambar ...).


Penularan penyakit :


Melalui sisa-sisa tanaman sakit, tanah dan benih.Lokasi inokulum pada benih :Miselium dan konidia pada permukaan benih. Miselium pada lapisan benih.Uji kesehatan benih : Metode Blotter.


Pengendalian penyakit benih :


Di Hongaria dikendalikan dengan perlakuan benih yaitu dengan perendaman selama 15 menit dalam ceresan 0,1 %.
B. Layu Fusarium (Fusarium wilt) : Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Sacc.) Snyder & Hansen.


Sebaran geografi :


Terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Sumatera dan Jawa.Tanaman inang : terbatas pada tomat.


Gejala serangan :


Bibit yang terserang menunjukkan gejala layu. Tanaman dewasa yang terserang menunjukkan kelayuan yang diawali dengan merunduknya petiole dan rachis daun. Daun yang terserang akhirnya berubah menjadi kuning. Akar yang terinfeksi apabila dicabut dan dibelah secara vertikal menunjukkan gejala diskolorasi pada pembuluh xylem (Gambar …).


Penularan penyakit :


melalui benih dan tanah


Lokasi patogen pada benih :


Pada permukaan benih sering terkontaminasi inokulum patogen. Struktur seperti klamidospora terdapat dalam hilum benih. Miselium terdapat dalam lapisan luar benih, mikrokonidia yang dihasilkan terbawa dalam pembuluh cairan.


Uji kesehatan benih :


Benih yang telah disterilisasi permukaannya diletakkan pada media agar Littman : Dextrose 10 g, peptone 10 g, bacto oxgall 15 g, agar 20 g, air destilasi 1 l. Kemudian diinkubasikan pada 20o C selama 5 hari dengan pencahayaan ultra violet selama 12 jam. Pada benih yang terinfeksi akan muncul koloni seperti kapas di sekitar benih (Gambar ...).


Pengendalian penyakit benih :


Perlakuan dengan benomil dilaporkan di Taiwan dapat mengeradikasi inokulum. Di Maroko perlakuan benih dengan 2 % Na-hipoklorit dilaporkan dapat mengendalikan penyakit.


Peranan karantina :


Penyakit layu Fusarium merupakan penyakit yang menimbulkan banyak kerugian dan terdiri dari beberapa ras maka penyebaran penyakit melalui lalu lintas benih perlu mendapat perhatian dari pihak karantina.
C. Hawar daun (late blight, fruit rot) : Phytophthora infestans (Mount.)de Barry.


Sebaran geografi :


Terdapat di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Eropa. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan terdapat di Sumatera, Jawa, Sulawesi Utara, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.


Tanaman inang :


Tomat, kentang, dan terung.


Gejala serangan :


Bercak pada daun pada awalnya berupa bercak kebasahan kemudian meluas secara cepat menjadi bercak hijau pucat sampai coklat. Pada kondisi lembab pada permukaan bawah daun terdapat gejala busuk berwarna abu-abu keputihan, kemudian berkembang menjadi bercak besar berwarna coklat.Daun yang terinfeksi menjadi coklat, menggulung, dan mati. Batang dan petiole juga dapat terserang, sehingga keseluruhan tanaman mati (Gambar …).Buah yang terserang nampak bercak gelap seperti berminyak. Bercak dapat membesar sehingga menutupi seluruh buah. Gejala busuk lunak oleh bakteri biasanya mengikuti gejala hawar daun sehingga menyebabkan timbulnya bau busuk (Gambar ...).


Penularan penyakit :


Melalui sisa-sisa tanaman sakit dan benih.


Lokasi patogen pada benih :


Inokulum terdapat pada permukaan benih, lapisan luar benih (internal dan eksternal).


Uji kesehatan benih :


metode Blotter.Pengendalian penyakit benih :Perlakuan desinfeksi permukaan benih.
D. Rebah kecambah, busuk pangkal batang (damping off, collar rot : Rhizoctonia solani Kuhn.)


Sebaran geografi :


Di Indonesia dilaporkan terjadi di Jawa dan Sumatera.


Tanaman inang :


Penyakit ini mempunyai sebaran inang yang luas antara lain tanaman yang termasuk famili Solanaceae.


Gejala serangan :


Penyakit terjadi pada pembibitan dan tanaman muda yaitu terjadinya gejala pembusukan dan rebah kecambah. Gejala awal terjadi pada pangkal batang dekat permukaan tanah, yaitu adanya pembusukan dengan warna coklat kemerahan. Pembusukan dimulai dari lapisan luar batang, kemudian berkembang menjadi cekung, kanker berwarna coklat dan batang menjadi terpilin. Dalam kondisi yang menguntungkan penyakit dapat berkembang ke bagian atas maupun bawah tanaman.


Penularan penyakit :


Inokulum primer berasal dari tanah dan sisa-sisa tanaman sakit.Lokasi patogen pada benih :Sklerotia tercampur dalam benih.


Uji kesehatan benih :


Metode Blotter untuk mengamati miselium. Sklerotia yang tercampur dengan benih dapat dideteksi dengan pengamatan secara visual.


Pengendalian penyakit benih :


Dilaporkan perlakuan benih dengan Ceresan M dapat mengendalikan penyakit.
E. Cucumber Mosaic Virus (CMV) : Cucumovirus, 28 nm.


Sebaran geografi :


Terutama didaerah beriklim sedang. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa.


Tanaman inang :


Lebih dari 49 famili tanaman terdiri dari tanaman budidaya, tanaman hias, gulma, tanaman tahunan, dan semak, antara lain : wortel, seledri, ketimun, melon, squash, kacang-kacangan, selada, cabai, bayam, tanaman hias (anemone, candytuft, viola, zinnia, columbine, dahlia, delphinium, geranium, petunia, phlox), pisang, ixora, dan markisa.


Gejala serangan :


Gejala bervariasi tergantung pada strain virus dan kultivar tanaman. Pada tanaman tomat gejala diawali dengan menguning dan kerdil. Daun menunjukkan gejala mottle mirip gejala tobacco mosaic virus (TMV). Gejala karakteristik adalah bentuk daun seperti tali sepatu (shoestring-like) (Gambar ...), yang dapat dikacaukan dengan gejala ToMV yaitu malformasi daun (fern-leaf).Pada ketimun dan zucchini menunjukkan gejala mosaik sistemik dan kerdil, buah ketimun mengalami distorsi.Pada kacang-kacangan terdapat gejala mild mosaic (mosaik ringan), kerdil dan menguning.Pada bayam terjadi gejala hawar dan mosaik pada seledri.


Penularan penyakit :


• Secara mekanis


• Vektor : terdapat 60 spesies aphid.


• Melalui benih : pada tomat dan ketimun hanya 1 %, Vigna sequipedalis dan V. unquiculata 4 – 28 %, Phaseolus vulgaris 20 %, dan Stellaria media 40 %.


Lokasi patogen pada benih :


Virus CMV terdapat pada embrio.


Uji kesehatan benih :


• Tanaman indikator : Chenopodium quinoa dan C. amaranticolor, menimbulkan gejala bercak lokal nekrotik. Vigna unquiculata, bercak lokal berukuran kecil berwarna coklat. Tomat, gejala daun berbentuk seperti tali sepatu.


• Uji serologi : ELISA.
F. Virus Mosaik Tomat (Tomato Mosaic Virus) : ToMV (bentuk batang, 300 x 18 nm). Sebaran geografi :


Terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan di Sumatera dan Jawa.


Tanaman inang :


Tanaman yang termasuk famili Solanaceae, Amaranthaceae, Aizoaceae, dan Scrophulariaceae.Beberapa spesies menunjukkan reaksi lokal gejala bercak nekrotik yaitu Nicotiana tabacum var Xanthi n.c. dan N. sylvestris, N. glutinosa juga dapat bereaksi lokal tetapi kurang sensitive.


Gejala serangan :


Gejala yang timbul sangat dipengaruhi oleh suhu, penyinaran, umur tanaman, kultivar/varietas tanaman, serta strain virus.


Secara umum dapat dikelompokan dalam tiga tipe gejala :


a) Gejala mosaik dan mottle pada daun (pada musim panas di rumah kaca). Pada kondisi intensitas rendah dan suhu rendah terjadi gejala kerdil dan malformasi daun (fern-leaf) (Gambar ...).


b) Gejala kuning nyata atau “aucuba” mosaik dan mottle pada daun yang dapat mempengaruhi buah.


c) Gejala nekrotik pada batang, petiole, dan atau buah. Terjadinya nekrotik dapat menimbulkan kematian tanaman. Pada buah terjadi bercak cekung nekrotik.Pada cabai yang ditanam setelah tomat, terjadi nekrotik pada daun, kerontokan/gugur daun, mosaik kronis, serta kekerdilan.


Penularan penyakit :


Secara mekanis dan melalui benih. Virus ini belum diketahui dapat ditularkan melalui vektor (serangga penular).Lokasi patogen dalam benih :Virus terdapat dalam external mucilage, testa, dan endosperm. Virus tidak ditularkan melaalui embrio. Virus dapat bertahan dan bersifat infektif selama beberapa tahun. Virus bersifat sangat stabil dan mudah ditularkan dari benih ke pembibitan pada saat pengelolaan tanaman secara mekanis misalnya pada saat pemindahan bibit ke pertanaman.


Uji kesehatan benih :


a) Metode uji tanaman indikator :Inokulasi virus pada tanaman indikator N. tabacum cv. Xanthi n. c. dapat menimbulkan hasil reaksi lokal bercak nekrotik dalam 3 – 5 hari. Ukuran diameter bercak 0,5 mm kemudian berkembang menjadi 4 mm. Inokulasi juga dapat dilakukan pada potongan N. sylvestris yang diinkubasi dalam cawan petri di bawah penyinaran lampu. Inokulum virus dapat diperoleh dengan cara menggerus benih terinfeksi dalam larutan air atau buffer.


b) Uji serologi ;Dengan menggunakan antisera pada konsentrasi 1 : 16.000.Pengendalian penyakit benih :


• Benih tomat dapat dibebaskan dari kontaminasi virus dengan cara merendam benih dalam larutan 10 % (w/v), Na, PO, selama 20 menit.


• Perlakuan benih dengan pemanasan (heat treatment) pada suhu 70o C selama 2 – 4 hari atau selama 2 hari pada suhu 78o C dapat mengeradikasi virus yang terbawa dalam endosperm.


• Penanganan bibit secara hati-hati agar tidak bersentuhan satu sama lain.


• Menghindari menanam tomat pada lahan yang sama untuk jangka waktu minimum 7 bulan.


Peranan karantina :


Diketahui ada tipe strain ToMV yang berdekatan dengan tipe strain TMV (tobaca mosaic virus) daripada tobamovirus.

Rabu, 11 November 2009

Potensi Yang Terbuang


Tidak ada limbah, semua adalah produk yang berguna, baik secara langsung ataupun melalui tahapan proses lebih lanjut. Ada pertanyaan ‘nakal’, apa beda antara susu dan urin? Dalam pola pikir proses industri, keduanya sama. Sama-sama bahan baku yang dihasilkan ternak. Keduanya bisa langsung digunakan, tapi juga sama-sama bisa diproses untuk mendapatkan nilai lebih secara teknis maupun ekonomis. Sayang, urin masih saja terbuang...Adalah Danarto, aktivis pertanian organik yang tergabung dalam komunitas RAMES (Rakyat Adil Makmur Merdeka Sejahtera) yang bertahan memproduksi pupuk organik asal urin sapi sejak 2000. “Saat yang lain berhenti produksi, kita tetap bertahan. Kita berdampingan dengan kelompok tani,” kata pria paruh baya ini tegas.Tekadnya bergelut dengan cairan pesing ini bermula dari kiprahnya sebagai pegawai kontrak di Pusat Antar Universitas (PAU) UGM tahun 1986 – 1995. Saat itu ia menjadi staf bagian pengembangan bahan pengajaran dan penelitian. Di sanalah ia kenal dengan penelitian-penelitian pertanian organik dan mendekati penelitinya Prof Dr Joedoro Soedarsono. “Sampel dan catatan - catatan sementara penelitian yang seharusnya dibuang, saya pelajari. Saya coba otak-atik sendiri sambil konsultasi. Bahkan sampai beliau pensiun ini saya tetap konsultasi,” akunya. Barulah pada 1997, ia membentuk kelompok petani, dan pada 1999 mendirikan komunitas RAMES yang memproduksi pupuk cair berbahan urin.Danarto tak hanya memproduksi satu jenis pupuk. Ada pupuk penyedia Nitrogen, Fosfor dan Kalium. Ketiganya berbentuk cair dan dibuat dari limbah pertanian. “Pupuk lengkap unggulan kami berlabel Bioreen. Bahannya dari urin sapi perah, dedaunan, dan limbah buah-buahan pasar,” paparnya. Danarto juga menambahkan susu afkir pada pembuatan bioreen. Sebab, susu merangsang tumbuhnya lactobacillus yang berfungsi sebagai penggembur tanah.

Pupuk Organik


Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggu­naan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk mineral yang berasal dari pabrik ini akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia.Berdasarkan hal tersebut makin berkembang alasan untuk mengurangi penggunaan pupuk mineral dan agar pembuatan pabrik-pabrik pupuk di dunia dikurangi atau dihentikan sama sekali agar manusia bisa terhindar dari malapetaka polusi. Upaya pembudidayaan tanaman dengan pertanian organik merupakan usaha untuk dapat mendapatkan bahan makanan tanpa penggunaan pupuk anorganik. Dengan sitem ini diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada masukan dari luar sehingga dalam kehidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup yang tertutup.Banyak sifat baik pupuk organik terhadap kesuburan tanah antara lain ialah:
a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepas­kan hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil.
b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.
c. Tanah lebih mudah diolah untuk tanah-tanah berat.
d. Meningkatkan daya menahan air (water holding capaci­ty). Sehingga kamampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak. Kelengasan air tanah lebih terjaga.
e. Permeabilitas tanah menjadi lebih baik. Menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran), sebaliknya meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan).
f. Meningkatkan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation ) se­hingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi, aki­batnya apabila dipupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci.
g. Memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan ting­kat tinggi maupun tingkat rendah ) menjadi lebih baik karena ketersediaan makan lebih terjamin.
h. Dapat meningkatkan daya sangga (buffering capasity) terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah.
i. Mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang berperanan dalam proses dekomposisi bahan organik.
Sedangkan sifat yang kurang baik dari pupuk organik adalah:
a. Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah. Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan, karena bila diberikan langsung ke dalam tanah maka bahan organik diserang oleh mikrobia (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh enersi. Sehingga populasi mikrobia yang tinggi memerlukan juga hara tanaman untuk tumbuhan dan kembang biak. Hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman berubah digunakan oleh mikrobia. Dengan kata lain mikrobia bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan hara yang ada. Hara menjadi tidak tersedia (unavailable) karena berubah dari senyawa anorganik menjadi senyawa organik jaringan mikrobia, hal ini disebut immobilisasi hara. Terjadinya immobilisasi hara tanaman bahkan sering menimbulkan adanya gejala defisiensi. Makin banyak bahan organik mentah diberikan ke dalam tanah makin tinggi populasi yang menyerangnya, makin banyak hara yang mengalami immobilisasi. Walaupun demikian nantinya bila mikrobia mati akan mengalami dekomposisi hara yang immobil tersebut berubah menjadi tersedia lagi. Jadi immobilasasi merupakan pengikatan hara tersedia menjadi tidak tersedia dalam jangka waktu relatif tidak terlalu lama
b. Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk bagi tanaman, hewan dan manusia.
Sisa tanaman hasil pertanian
Limbah sisa hasil pertanian cukup banyak terutama terdiri dari daun-daun, kulit biji (kopi, coklat, sabut kelapa) dari perkebu­nan, jerami padi jagung, daun dari halaman/ pekarangan dan sebagainya. Bahan organik yang baru dikumpulkan umumnya masih segar dan mempunyai kisaran nisbah C/N sedang ( 35) untuk legum dan sangat tinggi (> 60) untuk kayu dan non legum. Sebelum digunakan bahan-bahan ini harus dikomposkan lebih dulu agar nisbah C/N nya turun menjadi 15.
Pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain jumlah ternak lebih tinggi sehingga volume bahan ini besar, secara kualitatif relatif lebih kaya hara dan mikrobia dibandingkan limbah perta­nian. Yang yang dimaksud pupuk kandang ialah campuran kotor­an hewan/ ternak dan urine.
Pupuk kandang dibagi menjadi dua macam: a) pupuk padat dan b) pupuk cair. Susunan hara pupuk kandang sangat bervariasi tergantung macamnya dan jenis hewan ternaknya. Nilai pupuk kandang dipengaruhi oleh: 1) makanan hewan yang bersangkutan, 2) fungsi hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan da­gingnya saja, 3) jenis atau macam hewan, dan 4) jumlah dan jenis bahan yang digunakan sebagai alas kandang.
Pupuk hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman legum. Karena kemampuan tanaman legum mengikat N udara dengan bantuan bakteri penambat N menyebabkan kadar N dalam tanaman relatif tinggi. Akibatnya pupuk hijau dapat diberikan dekat waktu penanaman tanpa harus mengalami proses pengomposan lebih dulu sebagaimana sisa-sisa tanaman pada umumnya.
Beberapa contoh pupuk hijau, antara lain:
a. Crotalaria juncea. Dulu jenis legum ini diharuskan ditanam pada perkebunan tembakau Vorstenland pergiliran tanaman. Memasukkan tanaman legum ini jelas akan berpengaruh baik terhadap sifat-sifat tanah baik tanaman tembakau itu sendiri maupun tanaman sesudahnya. Produksi 150-250 kw/ hektar. Kandungan N 2.84% dari bahan kering. Kadar bahan kering 16.0% dari bahan basah.
b. Crotalaria anagyroides. Produksi hijauan daun dan tangkai 284 kw/ hektar. Kadar N= 2.31% dari bahan kering, kadar bahan kering sekitar 13.24%; umur tanaman 6-10 bulan.
c. Crotalaria usaramensis. Produksi hijauan tergolong tinggi sekitar 350 kw/ hektar; umur tanaman 4-5 bulan.
d. Tephrosia vogelii, thephrosia candida.
e. Sesbania sesban, janti turen (Jawa).
f. Sesbania esculatta, produksi 120 kwt/ hektar.
g. Phaseolus tunatus, kratok (Jawa). Produksi 120-180 kw/ hektar . Mengandung N 3.85 % dari bahan kering; kadar bahan kering 19.3% terhadap bahan basah.
h. Glycine soya, kedele produksi 65.27 kw/ hektar tangkai dan daun mengandung 0.57% N dari bahan basah. Selain produk­si daun dan tangkai kedele mempunyai produksi biji kedele dengan sekitar 1.1 ton per hektar.
i. Vigna sisnensis, kacang tunggak, kacang dadapan.
j. Mimosa invisa, produksi 300 kw/ hektar.; umur 6-8 bulan.
k. Centrosoma pubescens, produksi 400 kw/ hektar; umur 10 bula.
l. Calopogonium mucunoides, umumnya digunakan untuk maka­nan ternak.
m. Pueraria thumbergiana.

Teh Hilangkan Bau Amis


Penggorengan yang digunakan untuk menggoreng ikan seringkali berbau amis, walaupun sudah dicuci. Ada cara ekonomis dan sederhana untuk menghilangkan bau amis pada penggorengan, yakni menggunakan sisa teh. Caranya, cuci penggorengan seperti biasa lalu gunakan penggorengan untuk untuk merebus ampas daun teh selama 20 menit. Bau amis pun akan segera hilang. Penulis: Benny, Pulogebang (Tabloid Rumah)
Rabu, 16 April 2008 | 08:45 WIB
Soda kue yang yang selama ini berguna untuk membuat kue mengembang ternyata mempunyai kemampuan untuk menyerap bau. Berikut beberapa bau yang bisa dinetralisir oleh soda kue. 1.Bau di kulkas. Untuk menghilangkan bau ini, letakkan soda kue di mangkok atau kotak terbuka. Masukkan kotak atau cawan ke dalam kulkas. 2.Bau di sepatu. Taburkan soda kue dalam jumlah banyak ke dalam sepatu, dan diamkan selama sehari penuh. 3.Bau apek di karpet. Sebarkan soda kue di atas karpet yang berbau. Diamkan selama 15 menit, lalu bersihkan sisa soda kue dengan penyedot debu.

Senin, 09 November 2009

Reformasi Pertanian: Pencapaian Swasembada Pangan melalui Cooperative Farming Complex


Dalam upaya pencapaian kembali swasembada pangan, ada sejumlah tantangan yang mesti kita perhatikan, khususnya pencabutan subsidi pertanian serta inefisiensi skala ekonomi. Penguasaan lahan yang sempit dalam usahatani secara ekonomis akan tidak efisien, apalagi jika ditambah dengan kondisi perpecahan dan perpencaran (division and fragmentation). Keadaan ini terjadi dari waktu ke waktu dinegara kita dengan maraknya peralihan fungsi lahan dan jual beli lahan pertanian. Juga akibat sistem pewarisan yang berlaku di masyarakat, system penyakapan (tenancy) dan pertambahan penduduk. Disisi lain kegiatan pertanian yang dilakukan secara umum masih bersifat individual, sedangkan kelompok tani atau lembaga agribisnis lokal yang ada masih lebih banyak melaksanakan fungsi sosial daripada fungsi-fungsi bisnis. Karena itu perlu model baru manajemen usahatani.
Cooperative Farming Complexes
Ada konsep untuk sistem pengelolaan lahan satu hamparan secara efisien oleh sekelompok petani dalam suatu manajemen bersama atau populer dalam istilah Cooperative Farming Complexes (CFC). Model ini sejak lama berkembang dan dipraktekkan oleh beberapa negara maju seperti Jepang dan negara-negara Eropa dalam menghadapi masalah inefisensi produksi akibat sempitnya lahan.
Sejak era reformasi bergulir, banyak peneliti, birokrat dan penentu kebijakan di bidang pertanian menyadari bahwa model pertanian skala kecil tidak lagi dapat berjalan sendiri-sendiri. Untuk menghadapi tantangan yang semakin besar petani membutuhkan kekuatan untuk mendapatkan modal, penggunaan mesin-mesin pertanian, pengetahuan dan penerapan akan teknologi yang tepat, serta pemasaran produk dengan harga yang layak. Tantangan sektor pertanian baik yang bersifat internal maupun external mensyaratkan keunggulan komparative dimana sistim agribisnis yang dikembangkan harus lebih berorientasi kepada pasar dan peningkatan effisiensi sistem produksi.
Revitalisasi kelompok tani dalam sistem agribisnis dirasakan sangat perlu. Oleh karena itu dalam usaha pemberdayaan petani kecil di pedesaan beberapa tahun terakhir ini munculah penjabaran model CFC. Contohnya melalui pelaksanaan beberapa program pemberdayaan kelompok tani berskala nasional dan dilakukan secara simultan oleh departermen terkait bersama seluruh stakeholder baik berupa percontohan maupun penerapan dalam skala luas seperti program Corporate Farming, Cooperative Farming, ataupun Contract Farming Group yang menempatakan kelompok tani sebagai pelaku utama kegiatan agribisnis. Dari model-model tersebut diharapkan tercipta suatu usaha terpadu yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas usahatani yang berorentasi pasar.
Hal lain yang diperhatikan dalam usaha pembangunan pertanian secara umum ialah masalah kualitas sumberdaya manusia. Disini peran orang luar dalam kelompok tani deperkenalkan melalui fungsinya sebagai seorang konsultan, manajer kelompok ataupun penyuluh dari instansi terkait dalam upaya pemberdayaan kelompok. Pengenalan peran manajer dalam usaha produksi kelompok dan pemasaran kiranya perlu mengacu pada suatu model organisasi agribisnis yang efektif. Dari banyak program yang telah dilakukan diatas patut kiranya didukung dan diupayakan sebagai model pencapaian swasembada pertanian melalui penggalian potensi lokal.
Keunggulan Model CFC
Melalui model ini dapat diperoleh bermacam manfaat bagi para petani anggota kelompok maupun masyarakat di lingkungannya, baik manfaat ekonomi maupun sosial. Ada sejumlah manfaat ekonomi sebagai berikut.
Pertama, efisiensi produksi; CFC akan meningkatkan efisiensi khususnya dalam penggunaan tenaga kerja dan mesin pertanian. Kedua, meningkatkan negotiation power; Dengan model ini baik dalam pemasaran hasil komoditas maupun pembelian bermacam saprotan dan barang investasi, negotiation power petani akan meningkat karena dilakukan secara kelompok. Ketiga, terciptanya efisiensi dan efektifitas manejemen; pengelolaan hamparan secara umum dilakukan oleh seorang manajer profesional yang dalam prakteknya semua kegiatan dimusyawarahkan sebelumnya dengan para anggota. Keempat, aktivitas nonfarm; bila efisiensi dari tenaga kerja tercapai, maka curahan waktu tenaga kerja yang berlebih dapat dialihkan untuk berbagai macam kegiatan nonfarm guna memperoleh tambahan penghasilan. Kelima, peningkatan pendapatan; Dengan berbagai macam keuntungan yang diperoleh diharapkan pendapatan petani meningkat.
Adapun manfaat sosial yang diperoleh dari model ini antara lain sebagai berikut. Pertama, pendidikan bagi masyarakat pedesaan; model ini dapat menjadi ajang pendidikan organisasi kerakyatan bagi masyarakat pedesaan dalam usaha mencapai tujuan bersama. Kedua, menghidupkan kembali gairah ekonomi kerakyatan; dengan terbentuknya sentra-sentra ekonomi pertanian yang tangguh kegiatan agribisnis akan berjalan, pasar akan terbentuk, Ketiga, gairah gotong royong dan demokratisasi; CFC akan memberikan efek positif berupa perasaan memiliki dari para anggota, yang akan berlanjut pada komitmen mereka untuk bekerja bersama melalui kelompok.
Model tersebut memang selama ini terbukti di beberapa negara seperti Jepang. Namun, untuk diterapkan di Indonesia, diperlukan berbagai penyesuaian dengan kondisi sosial budaya dan ekonomi yang ada.