Rabu, 11 November 2009

Pupuk Organik


Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggu­naan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk mineral yang berasal dari pabrik ini akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia.Berdasarkan hal tersebut makin berkembang alasan untuk mengurangi penggunaan pupuk mineral dan agar pembuatan pabrik-pabrik pupuk di dunia dikurangi atau dihentikan sama sekali agar manusia bisa terhindar dari malapetaka polusi. Upaya pembudidayaan tanaman dengan pertanian organik merupakan usaha untuk dapat mendapatkan bahan makanan tanpa penggunaan pupuk anorganik. Dengan sitem ini diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada masukan dari luar sehingga dalam kehidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup yang tertutup.Banyak sifat baik pupuk organik terhadap kesuburan tanah antara lain ialah:
a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepas­kan hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil.
b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.
c. Tanah lebih mudah diolah untuk tanah-tanah berat.
d. Meningkatkan daya menahan air (water holding capaci­ty). Sehingga kamampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak. Kelengasan air tanah lebih terjaga.
e. Permeabilitas tanah menjadi lebih baik. Menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran), sebaliknya meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan).
f. Meningkatkan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation ) se­hingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi, aki­batnya apabila dipupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci.
g. Memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan ting­kat tinggi maupun tingkat rendah ) menjadi lebih baik karena ketersediaan makan lebih terjamin.
h. Dapat meningkatkan daya sangga (buffering capasity) terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah.
i. Mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang berperanan dalam proses dekomposisi bahan organik.
Sedangkan sifat yang kurang baik dari pupuk organik adalah:
a. Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah. Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan, karena bila diberikan langsung ke dalam tanah maka bahan organik diserang oleh mikrobia (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh enersi. Sehingga populasi mikrobia yang tinggi memerlukan juga hara tanaman untuk tumbuhan dan kembang biak. Hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman berubah digunakan oleh mikrobia. Dengan kata lain mikrobia bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan hara yang ada. Hara menjadi tidak tersedia (unavailable) karena berubah dari senyawa anorganik menjadi senyawa organik jaringan mikrobia, hal ini disebut immobilisasi hara. Terjadinya immobilisasi hara tanaman bahkan sering menimbulkan adanya gejala defisiensi. Makin banyak bahan organik mentah diberikan ke dalam tanah makin tinggi populasi yang menyerangnya, makin banyak hara yang mengalami immobilisasi. Walaupun demikian nantinya bila mikrobia mati akan mengalami dekomposisi hara yang immobil tersebut berubah menjadi tersedia lagi. Jadi immobilasasi merupakan pengikatan hara tersedia menjadi tidak tersedia dalam jangka waktu relatif tidak terlalu lama
b. Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk bagi tanaman, hewan dan manusia.
Sisa tanaman hasil pertanian
Limbah sisa hasil pertanian cukup banyak terutama terdiri dari daun-daun, kulit biji (kopi, coklat, sabut kelapa) dari perkebu­nan, jerami padi jagung, daun dari halaman/ pekarangan dan sebagainya. Bahan organik yang baru dikumpulkan umumnya masih segar dan mempunyai kisaran nisbah C/N sedang ( 35) untuk legum dan sangat tinggi (> 60) untuk kayu dan non legum. Sebelum digunakan bahan-bahan ini harus dikomposkan lebih dulu agar nisbah C/N nya turun menjadi 15.
Pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain jumlah ternak lebih tinggi sehingga volume bahan ini besar, secara kualitatif relatif lebih kaya hara dan mikrobia dibandingkan limbah perta­nian. Yang yang dimaksud pupuk kandang ialah campuran kotor­an hewan/ ternak dan urine.
Pupuk kandang dibagi menjadi dua macam: a) pupuk padat dan b) pupuk cair. Susunan hara pupuk kandang sangat bervariasi tergantung macamnya dan jenis hewan ternaknya. Nilai pupuk kandang dipengaruhi oleh: 1) makanan hewan yang bersangkutan, 2) fungsi hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan da­gingnya saja, 3) jenis atau macam hewan, dan 4) jumlah dan jenis bahan yang digunakan sebagai alas kandang.
Pupuk hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman legum. Karena kemampuan tanaman legum mengikat N udara dengan bantuan bakteri penambat N menyebabkan kadar N dalam tanaman relatif tinggi. Akibatnya pupuk hijau dapat diberikan dekat waktu penanaman tanpa harus mengalami proses pengomposan lebih dulu sebagaimana sisa-sisa tanaman pada umumnya.
Beberapa contoh pupuk hijau, antara lain:
a. Crotalaria juncea. Dulu jenis legum ini diharuskan ditanam pada perkebunan tembakau Vorstenland pergiliran tanaman. Memasukkan tanaman legum ini jelas akan berpengaruh baik terhadap sifat-sifat tanah baik tanaman tembakau itu sendiri maupun tanaman sesudahnya. Produksi 150-250 kw/ hektar. Kandungan N 2.84% dari bahan kering. Kadar bahan kering 16.0% dari bahan basah.
b. Crotalaria anagyroides. Produksi hijauan daun dan tangkai 284 kw/ hektar. Kadar N= 2.31% dari bahan kering, kadar bahan kering sekitar 13.24%; umur tanaman 6-10 bulan.
c. Crotalaria usaramensis. Produksi hijauan tergolong tinggi sekitar 350 kw/ hektar; umur tanaman 4-5 bulan.
d. Tephrosia vogelii, thephrosia candida.
e. Sesbania sesban, janti turen (Jawa).
f. Sesbania esculatta, produksi 120 kwt/ hektar.
g. Phaseolus tunatus, kratok (Jawa). Produksi 120-180 kw/ hektar . Mengandung N 3.85 % dari bahan kering; kadar bahan kering 19.3% terhadap bahan basah.
h. Glycine soya, kedele produksi 65.27 kw/ hektar tangkai dan daun mengandung 0.57% N dari bahan basah. Selain produk­si daun dan tangkai kedele mempunyai produksi biji kedele dengan sekitar 1.1 ton per hektar.
i. Vigna sisnensis, kacang tunggak, kacang dadapan.
j. Mimosa invisa, produksi 300 kw/ hektar.; umur 6-8 bulan.
k. Centrosoma pubescens, produksi 400 kw/ hektar; umur 10 bula.
l. Calopogonium mucunoides, umumnya digunakan untuk maka­nan ternak.
m. Pueraria thumbergiana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar