Selasa, 13 Maret 2012


Menanggulangi penyakit keriting pada cabai

Bahan: brotowali satu kilogram (atau daun-daunan yang pahit), kapur 10 sendok makan, kunyit satu kilogram.
Cara membuat: Ketiga bahan ditumbuk dan diambil airnya lalu dicampur dengan air 30-50 liter. Bahan ini siap digunakan untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai.

Mencegah semut pada persemaian

Bahan: kunir satu ons, laos satu ons
Cara pembuatan: kunir dan laos dihaluskan kemudian ditambah air secukupnya lalu disaring.
Cara pemakaian: larutan hasil saringan dimasukkan dalam penyemprot yang sudah berisi air (10 liter), semprotkan di lahan sehari sebelum digunakan untuk menyemai tanaman dan diulang tiga hari sesudah tanaman disemai.

Pengendalian ulat pada tanaman padi

Bahan: tanaman sere (seluruh bagian dan air).
Cara pembuatan: tanaman sere (250 gram) ditumbuk sampai halus. Tambahkan air secukupnya (empat gelas). Saringlah agar diperoleh cairan sere.
Cara pemakaian: larutan dicampur dengan 13 liter air. Semprotkan pada tanaman padi yang terserang ulat (hama putih, penggulung daun, penggerek batang). Untuk penggerek batang satu minggu setelah dijumpai adanya telur.

Mengendalikan ulat pada tanaman tomat, cabai, melon dan semangka

Bahan: puntung rokok satu ons dan air tujuh liter.
Cara pembuatan: masukkan puntung rokok dalam air. Biarkan selama 4–7 hari. Saringlah agar diperoleh air larutan yang bersih. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.

Pengendalian ulat grayak dan wereng

Bahan: 250 gram daun sirsat segar, air ½ liter.
Cara pembuatan: daun sirsat yang masih segar ditumbuk halus ditambah dengan air kemudian disaring.
Pemakaian: campurlah saringan air sirsat segar tersebut dengan air 14 liter dan semprotkan pada tanaman yang terserang hama.

Penyakit keriting pada cabai

Bahan: abu dapur dua kilogram, tembakau ¼ kg, belerang tiga ons.
Cara pembuatan: ketiga bahan direndam dalam air selama 3–5 hari. Saring air rendaman tersebut dan semprotkan pada tanaman yang terkena penyakit keriting.
Cara yang lain, bisa juga dengan menaburkan secara langsung abu dapur pada tanaman yang terserang penyakit keriting.

Mengendalikan hama wereng

Bahan: kecubung dua butir, jenu satu kilogram.
Cara pembuatan: kedua bahan direbus dengan air sampai mendidih. Saringlah air tersebut.
Cara penggunaan: setiap satu liter air rebusan dicampur dengan 16 liter air. Semprotkan pada tanaman yang terserang hama wereng.

Mengendalikan ulat grayak, ulat lain dan serangga

Bahan: segenggam daun gamal (satu kilogram), lima liter air, 250 mg tembakau rokok (sudah dirokok).
Cara membuat: segenggam pucuk daun gamal ditumbuk halus. Campurlah dengan air kemudian rebuslah. Dinginkan kemudian tambahkan tembakau dan aduklah hingga air berubah menjadi agak kehitaman/kemerahan.
Cara penggunaan: setiap 250 cc air larutan dicampur dengan air 10 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman.


Rabu, 07 Maret 2012

PESTISIDA BUATAN SENDIRI


Pestisida organik adalah bagian dari pertanian berkelanjutan yang saat ini dikembangkan. Supaya pertanian kita berkelanjutan, tidak menciptakan ketergantungan dan tidak merusak lingkungan maka jangan terlalu mengunakan pestisida dan pupuk kimia dari pabrik dalam bertani.
Dalam produksi pertanian tidak terlepas dari yang namanya faktor produksi. Salah satu faktor produksi adalah pengunaan pestisida untuk membasmi hama yang menyerang tanaman budidaya petani. Pada masa pendudukan Indonesia, petani terbiasa mengunakan pestisida kimia dari pabrik yang sebenarnya sangat potensial merugikan lingkungan dan kesehatan petani. Dan juga secara ekonomis biaya produksi sangat tinggi. Pada era kemerdekaan yang sedang gencar mengembangkan sistem pertanian organik atau pertanian berkelanjutan, kita harus mengunakan pestisida organik.
Dalam sistem pertanian berkelanjutan, diharapkan petani mengunakan pestisida organik karena ramah lingkungan dan tidak menimbulkan dampak negatif lainnya. Kita menghindari pengunaan pestisida kimia dari pabrik untuk memberantas hama karena banyak faktor negatifnya seperti pencemaran lingkungan dan juga mempengaruhi kesuburan tanah. Jadi jangan hanya dilihat sebagai pemberantas hama yang menyerang tanaman. Pemberantasan hama dengan mengunakan pestisida kimia dalam konsentrasi yang tinggi akan meresap kedalam tanaman dan tidak bisa hilang yang disebut residu. Residu (zat sisa) bahan kimia yang terserap dalam tanaman berbahaya bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Walaupun tidak secara langsung menimbulkan sakit (penyakit) pada saat mengkonsumsi hasil pertaniannya, tetapi akan menimbulkan berbagai penyakit di kemudian hari setelah manusia itu lanjut usia. Pestisida kimia tidak hanya mengancam kesehatan manusian melalui resido, akan tetapi juga secara ekonomis petani harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk membelinya di pabrik. Dan juga akan memciptakan ketergantungan bibit tanaman yang terbiasa mengunakan pestisida kimia, kalau tidak lagi mengunakan pestisidanya maka akan memberikan pertumbuhan yang tidak baik dan produksi tanaman yang rendah. Ketergantungan yang lebih parah lagi adalah para pengusaha yang mempunyai pabrik pestisida kimia bisa mengendalikan harga hasil pertanian sesuai dengan keinginannya karena produksi hasil pertanian petani tergantung dari pestisida yang mereka hasilkan. Kalau terjadi demikian maka petani hanya sekedar pekerja atas tanahnya sendiri untuk kepentingan pengusaha pestisida kimia dan pupuk kimia yang tidak pernah bekerja di sawah dan kebun.
Tetapi yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana supaya kita sebagai petani terhindar dari pengunaan pestisida kimia dalam memberantas hama yang sekarang menjadi persoalan kita. Untuk itu, harus mencari jalan keluar atau alternatif lain untuk bisa mengatasi masalahnya. Selama ini sudah banyak NGO yang memberdayakan petani untuk hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang lain telah mencari alternatif pemecahan yang disesuaikan dengan kondisi sumberdaya alam yang ada. Sebenarnya, membasmi hama tidak selalu mengunakan pestisida kimia yang sangat merugikan itu. Tetapi kita bisa menghindari hama dengan pengolahan tanah yang baik karena tanah yang bersih/sehat akan menghasilkan tanaman sehat pula; Pengunaan bibit atau benih lokal yang sudah beradaptasi dengan lingkungan kita yang relatif tahan terhadap hama; Dan mengunakan pola tanam campuran atau tumpan sari. Kalau terpaksa harus mengunakan pestisida maka bisa mengunakan pestisida organik buatan oleh petani dengan memamfaatkan kekayaan alam sendiri.
Sebenarnya hal pembuatan pestisida organik sendiri tidaklah susah, tergantung dari kreatifitas para petani sendiri setelah mengetahuinya. Sebab sudah banyak kali Perkumpulan HAK bersama kelompok tani dampingan seperti di Subdistrik Luro, Distrik Lautem dan Subdistrik Alas, Distrik Manufahi mengatasi hama dengan membuat pestisida organik buatan sendiri. Pestisida organik ini dibuat dari tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan kita. Hal ini sangat baik diikuti oleh semua petani di seluruh Timor Lorosae karena semua bahan yang digunakan untuk membuat pestisida organik terdapat di alam kita sendiri. Bahan-bahan baku pembuatan pestisida organik itu seperti dedaunan, bunga dan biji, batang, akar dan umbi-umbian tanaman yang pahit.
Daun, batang, akar dan umbi tanaman yang sering digunakan oleh petani dampingan selama ini untuk membuat pestisida organi antara lain: (a) Jenis dedaunan misalnya: daun mindi, mahoni, surem, daun ai-hanek, daun tuba, daun sirsak, daun siri, daun tembako, daun bunga paitan, daun ai-kalik dan dedaunan pahit lainnya. (b) Umbi-umbian, misalnya: Umbi gadung (kuan kout), Umbi Laos, Maek Katar. (c) Jenis batang dan akar seperti tuha, Bauk moruk, akar mahoni, batang bunga paitan. (d) Bunga dan Biji seperti: biji sirsak, biji nyamplon (sampalo), lombok, bunga kenikir, mekar sore, brontoali dan bunga paitan. Bahan-bahan untuk membuat pestisida organik tidak hanya yang disebutkan diatas tetapi masih banyak jenis ragamnya di Timor Lorosae yang belum teridentifikasi.
Pembuatan pestisida organik secara alamiah dengan mengunakan tumbuh-tumbuhan di atas sangat mudah. Tingal kreatifitas dan ketekunan petani mencoba mengerjakan dengan memamfaatkan semua sumberdaya alam yang kita miliki untuk kebutuhan kita. Pestisida organik buatan sendiri ini juga tidak menimbulkan efek sampin terhadap lingkungan dan tidak ada resido yang terserap dalam tanaman karena tidak mencampur dengan bahan kimia. Secara ekonomis petani tidak mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dalam proses pembuatannya karena bahannya mudah didapatkan (sudah tersedia di alam sekitar kita). Dan dalam proses pembuatan pestisida organik juga hanya mengunakan alat-alat yang sudah dimiliki petani seperti: parang, pisau, lingis, ember dan alat penumbuk tradisional lainnya. Serta dalam proses itu juga petani bisa memamfaatkan limbah-limbah tertentu yang dibutuhkan tanpa mengeluarkan biaya seperti botol plastik Aqua, botol dan kaleng lainya yang bisa digunakan untuk menyimpang pestisida hasil buatan maupun prosesnya.
Cara membuat pestisida organik
Cara pembuatannya sederhana, tidak membutuhkan teknik yang sulit sehingga bisa dibuat oleh semua petani yang ada di Timor Lorosae kalau membutuhkannya. Langkah-langkanya sebagai berikut:
1.    Mengumpulkan semua bahan yang telah disebutkan di atas baik jenis daun-daunan, bunga dan biji, batang-batangan dan umbi-umbian. Jumlah bahan yang diambil sesuai dengan kebutuhan.
2.    Semua jenis bahan ditumbuk, digerus sesuai dengan bahan sampai hancur dengan mengunakan alat tumbuk yang dimiliki petani. Tiap jenis bahan yang mau digunakan harus ditumbuk atau digerus secara sendiri-sendiri.
3.    Hasil tumbukan atau gerusan dicampur dengan air secukupnya sesuai dengan jumlah bahan yang ditumbuk, kemudian diaduk sampai rata dalam ember atau bak pengaduk lainya. Dan tiap adukan disimpan di tempat yang teduh (dari sinar matahari maupun air hujan) minimal selama 24 jam lamanya.
4.    Campuran yang telah disimpan itu kemudian diperas dan disaring airnya, kemudia diisi dalam botol plastik atau kalen bekas apa saja yang bisa dimamfaatkan untuk disimpan.
Air perasan bahan-bahan itu merupakan pestisida yang siap digunakan sesuai dengan kebutuhan petani. Setiap bahan bisa digunakan sendiri-sendiri untuk memberantas hama yang menyerang tanaman kita, misalnya untuk untuk memberantas hama tikus dan lainya mengunakan bauk moruk dan tuha. Dan juga untuk hama tertentu bisa mengunakan campuran satu sama lain untuk memberantas atau menyemprotkan pada hama yang menyerang tanaman. Misalnya hama wereng pada tanaman padi bisa memakai campuran hasil air rendaman bungga paitan dengan bunga kinikir yang telah diperas. Bisa juga kita mencoba mengunakan jenis yang ada secara sendiri-sendiri untuk mengatasi hama yang menyerang tanaman kita. Sebelum mengunakan, ukuran campuran dengan air tidak tetap, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan dengan menambah konsentrasi (jumlah) pestisida yang digunakan sampai bisa menjawab persoalan yang kita hadapi.
Bagi para petani yang selama ini mengalami masalah dalam memberantas hama, maka sekarang saatnya mencoba dan mengunakan pestisida organik buatan sesuai dengan kebutuhan. Kami yakin akan bisa membantu menjawab persoalan yang dihadapi dengan tidak mengeluarkan biaya produksi yang terlalu tinggi untuk membeli pestisida kimia dari pabrik. ***

Pestisida alami/nabati untuk usaha pertanian ramah lingkungan.


Sistem pertanian sekarang dituduh sebagai perantara penyebab timbulnya berbagai penyakit pasalnya petani menggunakan berbagai macam obat kimia untuk pengendalian hama penyakit tetapi banyak yang tidak mengindahkan aturan pakai, sehingga residu obat ikut terkonsumsi manusia yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan dalam tubuh sehingga penyakit mudah menyerang manusia. Sekarang saatnya memikirkan cara budidaya tanaman yang tidak berdampak negative bagi kesehatan. Inilah salah satu tehnologi sederhana yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama yang tidak berdampak negative bagi manusia dan binatang piaraan.

Cengkeh (Eugenia aromatica)
Mengendalikan phytoptora.
Caranya : Campurkan 2 gr tepung bunga cengkeh dan 4 gr tepung daun dan tangkai untuk 1 liter air.
Mengendalikan Penyakit Fusarium.
Caranya : Campurkan 5 gr tepung daun setiap 1 liter air, sebagai kocor.
Dapat digunakan sebagai pengusir hama

Sereh / citronella grass ( Cymbopogon nardus )
Mengendalikan lalat buah, thrips, tungau.
Caranya : Buat campuran Minyak sereh 1,5 cc, bubuk lombok ½ sendok teh, untuk setiap liter air.
Mengendalikan Hama putih, Penggerek, Penggulung.
Caranya : Buat campuran 250 gr akar sereh + daun untuk 1 liter air, haluskan dan saring. Penggunaannya dicampur air 12 liter.
Dapat berfungsi sebagai fungisida.

Srikaya (Annona squamosa)
Mengendalikan semua ulat tanaman kobis.
Caranya : 20 butir biji Srikaya dibuat serbuk campur 1 liter air. Tambahkan larutan sabun secukupnya sebagai perekat.

Mimba (Noemfa Azadiracha indika)
Mengendalikan ulat, kutu, tungau, kumbang, penggerek dan nematoda tanah
Caranya : 10 cendok makan biji mimba di haluskan. Masukkan dalam kantong kain, rendam dalam 1 liter air dan biarkan selama 1 malam. Dosis penggunaan 10 cc per liter air.
Mengendalikan berbagai macam serangga.
Caranya : Rebus 1 kg daun segar dalam 5 liter air, diamkan 1 malam lalu disaring.

Bawang putih ( Alium sativum )
Mengendalikan serangga berbadan kecil dan lunak, cacing, keong, siput, ulat, aphid, kutu.
Juga berfungsi menghambat perkembangan penyakit disebabkan Fusarium.
Caranya : 100 gr bawang putih di tumbuk, rendam dalam 2 sendok makan minyak mineral selama 2 hari. Tambahkan 30 gr sabun, kemudian saring. Pemakaian 3 sendok teh untuk 1 liter air.
Cara 2 : satu genggam bawang putih tumbuk tambahkan 0,5 liter air panas, rendam.

Tembakau ( Nicotiana tobacum )
Mengendalikan berbagaimacam serangga, ulat, kumbang, penggerek, tungau, aphid, nematoda.
Caranya : ¼ kg tembakau direbus dalam 5 liter air selama 0,5 jam. Tambahkan 30 gr sabun lalu disaring. Pemakaian 1 bagian larutan ditambah 4 bagian air.

Tuba ( Derris elyptica )
Mengendalikan berbagai jenis serangga dan ulat.
Caranya : Akar, kulit kayu ditumbuk ditambahkan sedikit air lalu disaring. Penggunaannya 2 sendok makan untuk setiap liter air.

Tomat ( Lycopercium asculentum )
Mengendalikan ulat dan serangga kecil.
Caranya : Rebus batang dan daun tomat hingga mendidih, dinginkan lalu saring dan tambahkan larutan sapun secukupnya.

Kemangi ( Ocimum canum ) selasih (Ocimum basilicum)
Mengendalikan serangga kecil, berfungsi sebagai pengusir hama.
Caranya : Daun dikeringkan dan direbus. Dinginkan lalu saring dan tambahkan larutan sabun. Semprotkan.

Sirsak / Soursop / nangka sabrang (Annona muricata, L)
Mengendalikan ulat grayak, wereng, ulat polong.
Caranya : Daun sirsak segar 250 gr, diremuk ditambah 0,5 lt air. Saring dan penggunaannya di tambah air 13 lt.

Pacar cina (Aglaea odorata L )
Mengndalikan ulat kubis (Crocidolomia binotalis)
Pacar cina mengandung rokaglamida yang berfungsi sebagai racun perut dan racun kontak.
Caranya : 2,5 gr daun muda di haluskan dan dicampur 1 lt air atau 100 gr biji dihaluskan di campur 1 lt air, cairan yang telah disaring dapat langsung disemprotkan pada tanaman kobis.

Abu kayu
Mengendalikan Nematoda (cacing kecil)
Caranya : Taburkan disekitar daerah perakaran bisa ditambah air dan kapur mati dengan perbandingan 2:4:1.

Abu dapur
Mengendalikan hama dan penyakit dalam tanah.
Caranya : Abu 1000 gr, kapur 100 gr, kapur barus 10 gr, air 5 liter. Kocorkan disekitar tanaman 2 gelas per batang.

Lem kanji
Mengendalikan serangga kecil aphid (tungau, kutu)
Caranya : 120 gr lem kanji dilarutkan dalam 4,5 liter air hangat.

Minyak kelapa
Mengendalikan hama penggerek, kutu, ngengat
Caranya : Campurkan ½ liter minyak kelapa, 50 gr sabun dan 7 liter air.

Minyak jagung
Mengendalikan nematoda, akar pada tanaman tomat.
Caranya : Larutkan 2,5 cc minyak jagung dalam 1 liter air.
Pada saat pemindahan bibit akar tomat direndam dalam ratutan.

Minyak jarak (Rinicus communis )
Mengendalikan berbagai jenis serangga dan hama.
Caranya : ½ kg biji jarak tak berkulit ditumbuh halus. Tambahkan 2 liter air lalu panaskan 10 menit. Setelah dingin tambahkan 2 sendok minyak tanah dan larutan sabun. Disaring dan dilarutkan dalam 10 lt air. Segera disemprotkan.

Dringo (Acarus calamus)
Mengendalikan serangga kecil.
Caranya : Akar dringo di buat tepung lalu dicampur dengan air.

Pepaya (Carica papaya)
Mengendalikan berbagai jenis serangga.
Caranya : 1 kg daun pepaya segar dirajang dan direndam dalam 10 lt air. Tambahkan 2 sendok minyak tanah dan larutkan sabun, biarkan sampai 1 malam, saring dan semprotkan.

Kunyit (curcuma domestica)
Mengendalikan berbagai jenis serangga dan ulat.
Caranya : akar rimpang ditumbuk campur dengan urine sapi. Campuran diencerkan dengan air perbandingan 1 : 3.

Buah mindi
Mengendalikan walang sangit.
Caranya :Buah dibuat tepung tiap 12 gr di campur air 1 lt, saring masukkan tangki. Tiap tangki ditambah 2 sendok garam.
Mengendalikan ulat polong, walang banci.
Caranya : campuran diatas tanpa garam.

Biji Mahoni
Mengendalikan berbagai hama.
Caranya : 2 genggam biji maoni ditambah 2 lt air di rebus hingga jadi 1 lt air. Saring dan campur dengan 14 lt air, semprotkan.

Kulit udang, kulit kepiting
Mengendalikan nematoda di kebun semangka.
Caranya : kulit uadang atau kepiting di haluskan, sebar, masukkan dalam tanah sebelum tanam.