Minggu, 27 Desember 2009

Optimalkan Ketahanan Energi Pangan

KEKAYAAN alam di Indonesia sangatlah banyak dan beraneka macam jenisnya, sayang sumber daya alam itu belum digunakan secara menyeluruh oleh tangan tangan terampil putra putri terbaik bangsa Indonesia. 
  Indonesia sendiri baru dapat menggunakan energi minyak bumi, bahan galian tambang yang ada misal; batubara, gas bumi, nikel dan lain lain. Ditambah energi; air, diesel, dan matahari sebagai pembangkit tenaga listrik. Padahal aneka sumber daya alam lainnya yang berasal dari pohon pohonan, ataupun buah buahan cukup banyak jenisnya, misalnya tanaman jarak, tanaman ini bisa kita manfaatkan sebagai bahan pembuat minyak pelumas pesawat terbang (budidaya). Pohon jarak pernah digalakkan pemerintah Jepang ketika menjajah Indonesia (1942 1945). 
  Terlebih di masa krisis energi seperti sekarang ini penggunaan tenaga energi alternatif dari bahan dasar lain di luar energi minyak bumi perlu segera dikembangkan di Indonesia. Beruntung sekali UPN Veteran Yogyakarta belum lama ini menggelar Seminar Nasional Ketahanan Energi, dengan pokok bahasan menggagas penggunaan energi alternatif biomassa sebagai pengganti energi BBM dan BBG dengan menggunakan kulit durian. Gagasan tersebut perlu ditindaklanjuti oleh para komponen bangsa kita yang mempunyai kepentingan terhadap gagasan tersebut. 
  Berkaitan dengan hal diatas, kita juga perlu memikirkan penggunaan energi alternatif yang terbukti bisa mengangkat pendapatan negara di sektor pangan dan pertanian dengan kembali memanfaatkan sumber daya alam nabati sebagai pengganti bahan penunjang mutu tanaman pangan dan pertanian bagi para petani seperti; pupuk an- organik dan obat obatan pemberantas hama yang selama ini digunakan oleh kaum tani yang harganya dimungkinkan ikut naik seiring dengan kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok rakyat. 
  Selain itu penggunaan pupuk an-organik dan pestisida an-organik sebetulnya sudah banyak membawa kerugian yang besar tidak pernah disadari oleh para petani itu sendiri, misal: 
a). Pupuk An-Organik : Mengandung beberapa unsur hara dalam jumlah banyak, menyebabkan kerusakan pada struktur tanah sehingga tanah menjadi keras dan sulit dialiri air, tidak menambah daya serap tanah pada air, dan tidak memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Misal : Urea, ZA, TSP, KCL. 
b). Pestisida An-Organik : Dibuat oleh pabrik dengan pengolahan secara kimiawi, yang bisa memberi dampak negatif, misalnya; keracunan pada tanaman pangan, pencemaran lingkungan, dan menyebabkan timbulnya hama kebal terhadap pestisida akhirnya tanaman pangan menjadi rusak. 
  Sedangkan apabila kita menggunakan energi alternatif yang berasal dari alam, misalnya : 
a). Pupuk Organik : Selain harga murah, bisa dibuat sendiri, juga sebenarnya mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap dalam jumlah yang sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi gembur, mudah ditanami dan dialiri, menambah daya serap air dan memperbaiki kehidupan mikro organisme yang hidup dalam tanah. 
b). Pestisida Nabati : Harga relatif murah, bahan pembuatan mudah didapat dan dibuat sendiri, tidak menyebabkan kerusakan dan keracunan pada tanaman pangan, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, tidak ada lagi hama yang menjadi kebal terhadap pestisida. Sedangkah bahan baku yang bisa digunakan untuk membuat pestisida nabati antara lain : daun gamal, pacar cina, daun mimba, biji jarak, umbi gadung, daun sirsak dan daun pepaya. 
  Meskipun telah dijelaskan tentang keuntungan petani bila menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati, kenyataannya kaum tani masih senang menggunakan pestisida buatan pabrik dan pupuk buatan pabrik, hal ini disebabkan, selain ada subsidi dari pemerintah, pihak dinas pertanian melalui tenaga penyuluh lapangan masih menganjurkan petani untuk menggunakan pupuk maupun pestisida yang selama ini dianjurkan oleh pemerintah. Disamping itu adanya anggapan dari para petani itu sendiri yang mengatakan, bila menggunakan pupuk An-Organik kita tidak perlu susah susah mengolah dan proses pertumbuhan bahan tanaman padi lebih cepat, lagi pula pemerintah telah memberi jaminan subsidi pertanian begitu pula halnya bila menggunakan kita pestisida An-Organik hama langsung mati. 
  Padahal sebetulnya yang menyebabkan pupuk organik tidak cepat memberi dampak yang kentara dalam proses pertumbuhan tanaman padi ialah adanya proses untuk memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk An-Organik itu sendiri. Namun demikian untuk hasil pertanian jangan ditanya, justru lebih besar daripada yang dihasilkan bila kita menggunakan pupuk An-Organik. Begitu pula dengan pestisida nabati meskipun tidak segera membunuh hama secara cepat, namun tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, adanya hama kebal pestisida, dan kerusakan tanaman. 
  Memang diperlukan satu ketelitian dan kecermatan para petani di dalam memilih bahan baku pembuatan pestisida nabati, dalam hal ini sebaiknya bahan apa yang digunakan untuk membasmi hama yang menyerang padi secara cepat. Jangan sampai terjadi salah pilih, misal untuk mengusir hama belalang yang seharusnya memakai bahan baku biji mindi, namun menggunakan lombok dengan alasan lombok efektif mengendalikan berbagai jenis hama. 
  Sebetulnya dewasa ini telah banyak toko yang khusus menjual berbagai bahan baku pupuk organik dan pestisida nabati dengan harga yang dipastikan relatif murah. Bahkan pupuk organikpun ada yang dibuat dengan alat alat berat dari pabrik.  
Dwi Martantyo. A.N. 
Mahasiswa Teologia 
STAK Marturia Yogyakarta 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar